Pintaku Dibalik Penyesalan
Saat aku masih kecil, mama adalah pujaan hatiku. Ke mana-mana sama mama, main sama mama, makan sama mama, tidur pun sama mama. Mama itu malaikatku. Mama sangat peduli padaku. Aku juga selalu diperhatiin sama mama. Namun, mama mulai berubah sejak aku duduk di bangku kelas 2 sd. Mama semakin sibuk, dan jarang punya waktu untuk bicara denganku. Aku sedih sekali. Subuh-subuh sekali, mama hanya mengecup keningku dan mengatakan kalimat-kalimat sayang, lantas pergi bekerja hingga malam hari. “Ma, kapan kita bisa main boneka bareng?”, tanyaku pada mama malam itu. Mama menoleh padaku. “Loh, Dina kenapa belum tidur? Ini udah jam 11 loh. Tidur, Dina”, jawab mama. Aku cemberut. “Tapi kan, Dina gak pernah main lagi sama mama. Hari minggu pun mama sering keluar rumah”, keluhku. Mama terdiam sejenak. “Lain kali kita main bareng lagi, ya. Mama capek hari ini. Sekarang Dina tidur”, pinta mama. Aku pun menunduk sedih dan kembali ke kamar untuk tidur. Hari-hari selanjutnya pun begitu. Sangat sulit